Thursday, June 20, 2013

Hama Penyakit Tanaman Jeruk


Hama
 1. Kutu loncat jeruk (Diaphorina citri Kuw.)
  • Bagian yang diserang : kuncup, tunas, daun-daun muda dan tangkai daun.
  • Gejala: tunas-tunas muda keriting dan pertumbuhannya terhambat keriting, tanaman mati. Pada kasus serngan parah, bagian tanaman terserang biasanya kering secara perlahan kemudian mati. Adanya kutu ini ditandai dengan benda berwarna putih transparan berbentuk spiral, menempel berserak di atas permukaan daun atau tunas. Benda-benda tersebut dikeluarkan oleh kutu loncat.
  • Pengendalian: Ambang kendali kutu loncat yang mengandung bakteri L. asiaticus 1 ekor. Berarti di daerah endemis CVPD, meskipun hanya ada 1 ekor kutu loncat harus sudah dikendalikan. Pengendalian secara kimiawi yang cukup berhasil untuk mengendalikan hama ini antara lain insektisida dengan bahan aktif Dimethoate, Alfametrin, Profenofos, Sipermetrin yang disemprotkan pada daun, Tiametoksam disiramkan melalui tanah dalam bentuk insektisida murni tanpa pengenceran dan Imidakloprid yang dioleskan (saput) pada batang.
Saputan batang diaplikasikan pada ketinggian 10-20 cm di atas bidang sambungan/okulasi dengan lebar saputan kurang lebih sama dengan diameter batang. Pengendalian kutu loncat akan lebih tepat sasaran dan hemat insektisida, bila perilaku serangga pada tanaman dipahami dengan benar. Untuk 1 ha kebun. dipasang 10-14 buah perangkap dengan ketinggian / tajuk tanaman. Pengendalian kutu loncat di wilayah pengembangan tanaman jeruk akan berhasil bila dilakukan secara serentak dan terus menerus oleh setiap anggota kelompok tani.
2. Kutu Daun Coklat (Toxoptera citricidus Kirk), Kutu Daun Hitam (Toxoptera aurantii), Kutu Daun Hijau (Myzus persicae dan Aphis gossypii)
  • Bagian yang diserang : tunas dan daun muda.
  • Gejala: Kutu daun ini menyerang tunas dan daun muda dengan cara menghisap cairan tanaman sehingga helaian daun menggulung. Koloni kutu ini berwarna hitam, coklat atau hijau kekuningan tergantung jenisnya. Kutu menghasilkan embun madu yang melapisi permukaan daun sehingga merangsang jamur tumbuh (embun jelaga).
  • Pengendalian: Di alam kutu ini dikendalikan oleh musuh-musuh alami dari famili Syrpidae, Coccinellidae, Chrysopidae. Secara kultur teknis, penggunaan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk dapat menghambat perkembangan populasi kutu. Untuk pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Dimethoate, Alfametrin, Abamektin dan Sipermetrin secara penyemprotan terbatas pada tunas-tunas yang terserang dan apabila serangan parah dapat dikendalikan dengan Imidaklopind yang diaplikasikan melalui saputan batan.
 3. Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
  • Bagian yang diserang: daun muda.
  • Gejala: Pada tanaman yang terserang daun tampak bekerut, menggulung, keriting serta terlihat bekas gerekan.
  • Pengendalian: Pengendalian secara kimiawi masih merupakan satu komponen penting dalam pengendalian ulat peliang daun dengan insektisida yang selektif seperti Betasiflutrin, Metidation, Abamektin, Dimethoathe, Diazinon, Sipermetrin, yang diaplikasikan dengan cara penyemprotan dan Imidakloprid yang diaplikasikan secara penyaputan batang.
 4. Tungau Karat/Citrus Rust Mite (Phyllocoptura oleivera Ashmed) Tungau Merah (Panonychus citri Mc Gregor)
  • Bagian yang diserang : buah muda, pada tingkat serangan parah juga menyerang cabang, daun dan buah masak.
  • Gejala: Serangan awal pada buah menimbulkan gejala warna buah keperakan (pada jenis lemon dan grapefruit) atau coklat keperakan (pada jeruk jenis lain).
  • Pengendalian: Pengendalian hayati juga dapat dilakukan dengan entomopatogen Hirsutella sp. dan Chrysopidae. Hama tungau dapat dikendalikan dengan akarisida yang berbahan aktif Propagit, Dikofol, Dinobuton, Sipermetrin, Karbosulfan, Permetrin, dan Piridaben. Pengendalian sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil pemantauan dan pada periode kritis tanaman. Penyemprotan dengan akarisida sebanyak 2-3 kali pada tanaman menjelang berbunga ternyata berhasil dalam mengendalikan hama tungau. Pengendalian serangan penyakit yang menggunakan fungisida yang berbahan aktif belerang (Sulfur) seperti Maneb, Mankozeb /Zineb atau bubur California dapat mengurangi populasi tungau.
5. Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
  • Bagian yang diserang : buah.
  • Gejala: Ulat menggerek buah sampai ke daging buah, sehingga terlihat bekas lubang yang mengeluarkan getah seperti blendok, kadang-kadang tertutup dengan kotoran. Bagian buah yang terserang biasanya pada setengah bagian bawah dan apabila serangan parah buah akan busuk dan gugur.
  • Pengendalian: Untuk mencegah peletakan telur sebaiknya dilakukan pembungkusan pada buah (jeruk besar), memetik buah jeruk yang terserang kemudian dibenam dalam tanah atau dibakar. Pengendalian cara ini biasanya dilakukan sekaligus untuk mengendalikan lalat buah dan puru buah. Pengendalian dengan insektisida dilakukan sebelum telur menetas yaitu saat buah umur 2-5 bulan sehingga larva yang baru keluar akan segera mati sebelum sempat menggerek. Di alam, populasi hama ini dikendalikan oleh parasit telur Trichogramma nana (16%). Pemanfaatan parasitoid ini dilakukan pada saat yang tepat dengan pelepasan dari hasil perbanyakan masal yang sudah banyak dilakukan
6. Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
  • Bagian yang diserang Helopeltis antonii.
  • Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis.
  • Pengendalian: semprotkan insektisida Fenitrotionmothion, Fenithion, Metamidofos Methomil.
7. Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)
  • Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes.
  • Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua.
  • Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktif Methomyl dan Methidathion. Kemudian buang bagian yang diserang.
8. Thrips (Scirtotfrips citri.)
  • Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda.
  • Gejala: Thrips menyerang bagian tangkai dan daun muda mengakibatkan helai daun menebal, kedua sisi daun agak menggulung ke atas dan pertumbuhannya tidak normal.
  • Pengendalian: Fase kritis tanaman dan saat pemantauan populasi adalah pada saat tanaman berbunga sampai berbuah hingga buah berumur 2-3 bulan. Secara kimia thrips dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif Alfametrin/Alfasipermetrin.
9. Kutu dompolon (Planococcus citri.)
  • Bagian yang diserang : tangkai dan pangkal buah.
  • Gejala: Kutu menyerang tangkai dan pangkal buah, meninggalkan bekas berwarna kuning kemudian kering sehingga banyak buah yang gugur. Pada bagian yang terserang tampak dipenuhi oleh kutu-kutu putih seperti kapas. Kerugian yang ditimbulkan adalah pertumbuhan yang terhambat, produksi menurun karena buah rontok.
  • Pengendalian: Populasi kutu di alam dikendalikan oleh keberadaan musuh alami seperti predator Scymnus apiciflavus, S. roepkei, Brumus suturalis, Coccinella repanda, Coccodiplosis smithi dan parasit Anagrus greeni, dan Leptomastix trilongifasciatus. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan mengatur kepadatan tajuk tanaman agar tidak terlalu rimbun dan saling menaungi sehingga cahaya matahari bisa masuk ke dalam tajuk dan mencegah berpindahnya kutu.
10. Lalat buah (Bactrocera sp)
  • Bagian yang diserang : buah yang hampir masak.
  • Gejala: Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan.
  • Pengendalian: Fase kritis tanaman dan saat pemantauan populasi adalah saat buah menjelang masak. Lalat buah dapat dikendalikan dengan berbagai cara mulai dari mekanis, kultur teknis, biologi dan kimia. Di alam lalat buah mempunyai musuh alami berupa parasitoid dari genus Biosteres dan Opius dan beberapa predator seperti semut, sayap jala (Chrysopidae va. (ordo Neuroptera)), kepik Pentatomide (ordo Hemiptera) dan beberapa kumbang tanah (ordo Coleoptera). Pengendalian mekanis juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan buah yang busuk atau sudah terserang kemudian dibenamkan kedalam tanah atau dibakar. Pembungkusan buah mulai umur 1,5 bulan untuk mencegah peletakan telur (oviposisi). Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan pengolahan tanah (membalik tanah) di bawah pohon/tajuk tanaman dengan tujuan agar pupa terangkat ke permukaan tanah sehingga terkena sinar matahari dan akhirnya mati. Pengendalian dengan cara kimia dilakukan dengan menggunakan senyawa perangkap/atraktan yang dikombinasikan dengan insektisida. Senyawa yang umum digunakan adalah Methyl eugenol. Caranya dengan meneteskan pada segumpal kapas sampai basah namun tidak menetes, ditambah dengan insektisida dan dipasang pada perangkap yang sederhana. Alat perangkap terbuat dari dari botol bekas air minum mineral yang lehernya berbentuk kerucut atau toples plastik. Perangkap dipasang dekat pertanaman atau pada cabang atau ranting tanaman jeruk. Pemasangan dilakukan sejak buah pentil (umur 1,5 bulan) sampai panen. Pemberian cairan atraktan diulang setiap 2 minggu sampai 1 bulan. Setiap satu hektar dapat dipasang 15-25 perangkap.
11. Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)
  • Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai.
  • Gejala: Daun yang terserang akan berwarna kuning, terdapat bercak-bercak klorotis dan seringkali membuat daun menjadi gugur. Serangan berat akan mengakibatkan ranting dan cabang menjadi kering serta terjadi retakan-retakan pada kulit. Jika serangan terjadi di sekeliling batang, akan menyebabkan buah gugur.
  • Pengendalian: Fase kritis dan saat pemantauan populasi adalah pada saat tanaman masih muda di pembibitan dan pada bagian cabang/ranting tanaman jeruk yang masih muda atau bagian tengah tajuk pohon yang padat. Untuk mencegah peletakan telur sebaiknya dilakukan pembungkusan pada buah (jeruk besar), memetik buah jeruk yang terserang kemudian dibenam dalam tanah atau dibakar. Pengendalian dengan insektisida dilakukan sebelum telur menetas yaitu saat buah umur 2-5 bulan sehingga larva yang baru keluar akan segera mati sebelum sempat menggerek. Di alam, populasi hama ini dikendalikan oleh parasit telur Trichogramma nana (16%).
12. Kumbang Pemakan Daun (Maleuterpes dentipes).
  • Gejala: Kumbang dewasa umumnya menyerang daun-daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah dengan meninggalkan lubang-lubang bekas gerekan.
  • Pengendalian: Lingkungan perakaran perlu dijaga agar tidak terlalu lembab, serta penggunaan insektisida perlu dipilih yang selektif yang aplikasinya disiramkan pada tanah di sekitar batang.
13. Ulat Daun (Papilio sp)
  • Bagian yang diserang : daun.
  • Gejala : Hama ini menyerang tanaman dengan memakan daun terutama pada saat masih muda. Tunas yang terserang, biasanya kelihatan tinggal tangkai daunnya saja dan bahkan sampai habis dimakan ulat ini.
  • Pengendalian : Monitoring dilakukan pada tunas-tunas muda (telur), daun muda untuk larva dan daun tua untuk stadia kepompong. Pengendalian dilakukan secara mekanis apabila populasinya sedikit yaitu dengan membuang telur yang ada. Apabila populasinya tinggi dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang bersifat kontak.

No comments:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan sopan.Thank's

 
Powered by Blogger